AKIBAT TERJADI KERUSAKA PADA EKOSISTEM AKHIRNYA BUAYA MAKAN ORANG

Pulau Kalimantan yang kaya dengan sungai dan muara yang dalam dengan ailran sungai yang lambat dan dipenuhi hutan bakau adalah sarang yang cocok bagi habitat buaya. Oleh karena itu, di sungai-sungai Kalimantan buaya makan orang adalah hal yang biasa. Bukanlah suatu berita yang mengegerkan jika ada orang yang mati karena dimakan buaya, karena hal itu kerap terjadi.


Kemunculan Buaya 
Baru-baru ini di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, telah ditangkap seekor buaya besar termasuk golongan buaya muara atau dengan nama latin Crocodylus Porusus dengan panjang empat meter dan berat lebih dari 600 kg. Buaya ini kerap kali meneror warga dengan muncul ke permukaan.

Namun, kini buaya betina itu sudah tertangkap dan masyarat Kubu ramai-ramai menghakiminya dengan merecahnya hidup-hidup. Karena buaya betina ini disinyalir telah memangsa beberapa warga di desa itu. Padahal, tak ada saksi atas hilangnya beberapa warga karena dimangsa buaya.

Namun kita orang Indonesia, biasanya butuh kambing hitam untuk memperkarakan sesuatu, maka si buayalah yang punya tampang jahat dan ganas yang harus dipersalahkan atas hilangnya warga kampung. Dengan tertangkapnya buaya betina tersebut maka hilanglah semua kekhawatiran warga akan monser muara yang dianggap meresahkan warga tersebut.
Di kecamatan Kakap, masih Kalimantan Barat, tepatnya di aliran sungai Pungkur warga kampung dihebohkan dengan kemunculan buaya raksasa dengan panjang hampir 12 meter. Akibatnya, para nelayan terhambat dan mengurungkan niatnya untuk pergi melaut. Namun sampai saat ini, belum ada yang bisa membuktikan keberadaan buaya raksasa itu.

Warga hanya saling berguncing, bahwa si anu telah melihatnya, bahwa si anu pernah dikejarnya, tatapi itu hanya sebuah cerita. Keberadaannya buaya tersebut mungkin saja hanya sebuah mitos. Kerana orang Indonesia percaya hal mistis, maka mitos pun menjadi cerita yang meneror warga.

Para nelayan di kecamatan Kakap sudah setahun ini resah, karena setiap pergi melaut acap kali terlihat buaya-buaya di sungai, belum lagi mendengar mitos tentang raja buaya yang panjang 12 meter tersebut. Selain itu dalam dua bulan terakhir ini sudah dua nelayan yang hilang dimakan buaya. Ujar seorang nelayan pada wartawan Tribun Kaltim, 13 Juni 2010.



Usman, Sang Pawang Buaya
Usman Doleh seorang pawang buaya di kecamatan Kakap berhasil menangkap buaya yang cukup besar di hilir sungai Pangkur. Usman (64) bersama anak bungsunya Irwan (20) memberanikan diri untuk menangkap monster sungai Pangkur.

Dengan modal keberanian dan umpan tiga ekor biawak yang sudah di potong-potong. Usman dan anaknya memancing buaya tersebut. Akhirnya, pada 12 Juni 2010 pukul 08.00 pagi, mereka berhasil menangkap buaya dengan panjang empat meter dan berat 500 kilogram.
Usman adalah seorang pawang buaya di kecamatan Kakap. Dia sudah menjadi pawang buaya sejak usia 17 tahun. Menangkap buaya adalah hal biasa baginya. Malam sebelum tertangkapnya buaya, Usman selalu mangadakan ritual dahulu meminta keselamatan pada roh-roh penjaga sungai Pangkur. Terbukti dengan kepercayaan yang begitu pekat, Usman dapat dengan mudah menaklukan buaya muara yang tergolong buas itu tanpa perlawanan yang berarti dari si buaya.

Korban keganasan dari sang buaya ini sudah dua orang. Namun tidak ada yang tahu pasti, buaya mana yang memangsanya. Yang penting selama masih berjenis buaya, maka ia harus bertanggung jawab atas hilangnya dua nelayan dari Dusun Kasih ini.


Rusaknya Ekosistem
Keresahan masyarakat Desa Kasih dan Pungkur terhadap reptil buas ini membuat pemerintah Kabupaten kubu raya harus mengambil tindakan untuk mengkonservasi warga dan juga buaya. Karena korban yang dimangsa buaya bukan semata-mata salah buaya, tetapi salah manusia yang merusak ekosistem buaya.

Bupati Kubu Raya pun segera membentuk Tim Penanggulangan Buaya yang anggotanya merupakan lintas instansi. Semua elemen harus turun tangan dalam masalah ini karana yang terjadi bukan bentrok antar warga, tetapi bentrok habitat manusia dan buaya.
Bupati Kamaruzzaman memberikan imbalan satu juta rupiah bagi siapa pun yang bisa menangkap seeokor buaya hidup-hidup. Imbalan ini berikan agar warga tidak langsung membunuh buaya tesebut ketika tertangkap. Buaya muara adalah hewan yang dilindungi karena keberadaannya terancam punah oleh permukiman warga.

Itulah sebabnya buaya akhirnya memangsa manusia sebagai pengganti mangsa mereka. Jika sudah begini siapa yang harus dipersalahkan. Apakah buaya yang tidak punya otak, atau manusia yang sok cerdas itu dengan merusak ekosistem buaya muara.



-------------------
Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Aqurblogger.com - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger